Minggu, 02 Oktober 2011

Hamba yang Setia


Jadilah Hamba Pelayan Yang Setia dan Sejati


Semboyan Hamba ”Aku datang untuk melayani bukan untuk dilayani”

Sebagai umat Tuhan dan sekaligus hamba atau pelayan bagi Tuhan hendaknya kita mengerti makna pelayanan kita bagiNya melalui pelayanan kita terhadap sesama manusia. Biasanya diakhir tahun seperti saat sekarang ini di beberapa jemaat-jemaat diadakan pemilihan tua-tua jemaat yang istilah alkitab para pelayan Tuhan. Ada banyak masalah yang dihadapi setiap jemaat pada saat pemilihan penatua atau pelayan jemaat karena kurangnya pengertian akan tugas pelayanan yang seharusnya mereka lakuakan. Nyatanya bukannya mereka jadi pelayan tetapi tinggal order dan yang melakukan bukan mereka sendiri. Renungan kali ini saya kutip dari beberapa buku kristen yang menolong kita untuk memilih pelayan di jemaat kita. Dan kususnya bagaimana kita bisa jadi pelayan yang diharapkan oleh Tuhan. Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita memiliki hati seorang pelayan (hamba)?
1.    Pelayan  sejati memberikan dirinya untuk melayani.
2.    Pelayan  sejati memperhatikan kebutuhan yang dilayaninya.
3.    Pelayan sejati melakukan yang terbaik dengan apa yang dia miliki.
4.    Pelayan sejati mengerjakan setiap tugas dengan dedikasi yang sama.
5.    Pelayan  sejati setia pada pelayanan mereka.
6.    Pelayan  sejati tetap rendah hati.
Pelayanan berawal didalam pikiran kita. Untuk menjadi seorang pelayan atau hamba dibutuhkan perubahan mental, suatu perubahan didalam sikap kita. Allah selalu tertarik pada mengapa kita mengerjakan sesuatu ketimbang pada apa yang kita kerjakan. Sikap lebih berarti daripada pencapaian. Pelayan-pelayan sejati melayani Allah dengan cara berpikir yang mengandung 5 sikap.

1.    Pelayan lebih banyak memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. Inilah kerendahan hati yang sejati : bukan menganggap diri kita kurang, melainkan kurang memikirkan diri kita sendiri. Mereka suka lupa pada diri mereka sendiri. Paulus berkata : ” Lupakanlah dirimu cukup lama guna memberi bantuan. ” Inilah apa yang dimaksud dengan ”kehilangan nyawa Kita,” yaitu berhenti memfokus pada kebutuhan – kebutuhan di sekeliling kita. Yesus ”telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba.” Kapan kali terakhir Kita mengosongkan diri Kita sendiri demi kebaikan orang lain? Kita tidak bisa menjadi seorang pelayan jika Kita penuh dengan diri Kita sendiri. Hanya bila kita melupakan diri kita sendiri barulah kita melakukan hal-hal yang layak untuk diingat. Matius 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

2.    Pelayan berpikir seperti penatalayan, bukan pemilik. Didalam Alkitab ada banyak contoh Para pelayan sejati dan mereka mengingat bahwa Allah memliki segalanya. Seorang penatalayan ialah seorang hamba yang dipercayai untuk mengelola harta. Masih ingat seorang tawanan di Mesir, yaitu Yusuf? Dia  merupakan seorang penatalayan yang terbaik. Dimana Potifar mempercayakan rumahnya kepada Yusuf. Kemudian kepala penjara mempercayakan urusan penjara kepada Yusuf. Akhirnya Firaun mempercayakan keseluruhan bangsa itu kepadanya. Keadaan sebagai hamba dan penatalayan berjalan bersamaan, karena Allah ingin agar kita bisa dikitalkan dalam keduanya. Alkitab berkata, “ Yang akhirnya dituntut dari pelayan – pelayan yang demikian adalah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”

3.    Pelayan berpikir tentang pekerjaan mereka, bukan apa yang dikerjakan orang lain. Mereka tidak membanding – bandingkan, mengkritik, atau bersaing dengan pelayan atau pekerja pelayanan lainnya. Mereka terlalu sibuk melakukan pekerjaan yang telah Allah berikan kepada mereka. Persaingan di antara pelayan – pelayan Allah tidak masuk akal karena terlalu banyak alasan : Kita semua berada dalam tim yang sama; sasaran kita ialah membuat Allah terliat baik, bukan diri kita sendiri; kita telah diberi tugas-tugas yang berbeda; dan kita semua dibentuk secara unik. Paulus mengatakan, ”Kita tidak akan membanding – bandingkan diri kita sendiri dengan orang lain seolah – olah salah satu dari kita lebih baik dan yang lainnya lebih buruk. Kita memiliki hal – hal yang jauh lebih menarik untuk dikerjakan dengan kehidupan kita. Kita masing - masing tidak ada duanya.” Tidak ada tempat bagi rasa iri hati yang picik di antara para pelayan. Ketika kita sibuk melayani, Kita tidak memiliki waktu untuk mengkritik. Setiap waktu yang dihabiskan untuk mengkritik orang lain lebih baik digunakan untuk melayani. Ketika Marta mengeluh kepada Yesus bahwa Maria tidak membantu bekerja, Marta kehilangan hati pelayan dalam dirinya. Pelayan sejati tidak mengeluh tentang ketidakadilan, tidak memiliki kelompok yang mengasihani diri sendiri, dan tidak membenci mereka yang tidak melayani. Mereka hanya mempercayai Allah dan tetap melayani. Tugas kita bukanlah menilai pelayan–pelayan Tuhan lainnya. Alkitab mengatakan, ”Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkan ia berdiri, entahkan ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri.” Jadi bukan tugas kita membela diri kita terhadap kritikan.Biarkan Tuhan Kita menanganinya. Ikutilah teladan Musa, yang menunjukkan kerendahan hati sejati di depan lawannya, seperti juga Nehemia, yang tanggapannya terhadap para pengkritiknya hanyalah, ”Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar...Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!”
 
4.    Pelayan mendasarkan identitas mereka didalam Kristus. Karena mereka ingat bahwa mereka dikasihi dan diterima oleh kasih karunia, para pelayan tidak harus membuktikan kelayakan mereka. Mereka dengan rela menerima pekerjaan – pekerjaan yang oleh orang – orang yang kurang percaya diri dianggap ”tidak pantas” untuk mereka kerjakan. Salah satu teladan yang sangat luar biasa tentang melayani dari suatu citra diri yang kokoh ialah tindakan Yesus yang membasuh kaki para murid. Membasuh kaki setara dengan menjadi seorang penyemir sepatu, sebuah pekerjaan yang tidak memiliki status. Namun Yesus tau siapa diri-Nya, jadi tugas tersebut tidak mengancam citra Diri-Nya. Alkitab mengatakan, ”Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah....Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pnggang-Nya.” lalu Yesus membasuh kaki murid-muridnya. Jika Kita hendak menjadi seorang pelayan, Kita harus menaruh identitas Kita di dalam Krsitus.   

5.    Pelayan memikirkan pelayanan sebagai sebuah kesempatan bukan sebuah kewajiban. Mereka senang menolong orang, memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengerjakan pelayanan. Mereka ”melayani TUHAN dengan sukacita.” Mengapa mereka melayani dengan sukacita?Karena mereka mengasihi Tuhan, mereka bersyukur atas kasih karunia-Nya, mereka tahu bawa melayani merupakan pemanfaattan kehidupan yang tertinggi, dan mereka tahu bahwa Allah telah menjanjikan suatu pahala. Yesus berjanji, ”Bapa akan menghormati dan memberi upah kepada orang yang telah melayani Aku.” Paulus berkata, ”Ia tidak melupakan apa yang kalian kerjakan bagi-Nya, dan kasih yang kalian tunjukkan kepada-Nya sewaktu menolong saudara-saudara seiman, dahulu dan sekarang.”

Dalam renungan yang saya kirimkan minggu lalu tentang perumpamaan Yesus mengenai talenta menggambarkan bahwa Allah ingin kita menggunakan sebaik-baiknya apa yang telah Dia berikan kepada kita. Kita harus mengembangkan karunia dan kemampuan kita, tetap menjaga hati kita menyala, menumbuhkan karakter dan kepribadian kita, dan memperluas pengalaman kita sehingga kita akan menjadi lebih efektif didalam pelayanan. Jika kita tidak melatih otot kita, otot itu menjadi lemah dan berhenti bertumbuh. Begitu juga, jika kita tidak memanfaatkan kemampuan dan keterampilan yang telah Allah berikan kepada kita, kita akan kehilangannya. Disurga kita akan melayani Allah selamanya. Sekarang, kita bisa mempersiapkan diri untuk pelayanan kekal tersebut dengan berlatih di bumi. Seperti para atlit mempersiapkan diri untuk olimpiade, kita terus berlatih untuk hari besar itu: “Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh sutau mahkota yang abadi”. Kita sedang bersiap-siap untuk menghadapi tanggung jawab dan upah abadi.
YESUS KRISTUS merupakan contoh yang sempurna sebagai hamba yang siap melayani dan bukan untuk dilayani. Paulus menggambarkan pelayananNya dalam Pilipi 2:5 -11 sebagai berikut: 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8   Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Himbauan dari Paulus dalam Pilippi 2:12   Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, 13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. 14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, 15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, 16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.

Allah patut menerima yang terbaik dari pelayanan kita. Dia membentuk kita untuk suatu tujuan, dan Dia berharap agar kita mengerjakan yang terbaik dari apa yang telah diberikan dan dipercayakan kepada kita.
Tuhan kiranya memberkati kita dalam pelayanan kita sehingga kita disebut Hamba atau Pelayan yang setia lagi sejati dalam hidup kita, sehingga kita menjadi berkat karena Tuhan sudah memberkati kita melalui pelayanan yang kita lakukan. Ingat semboyan Yesus Kristus : “AKU DATANG UNTUK MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI”. Amin.

Rabu, 28 September 2011

Kehadiran Yesus Membawa Perubahan

"KEHADIRAN YESUS  MEMBAWA PEMULIHAN 
BAGI ORANG PERCAYA"  Yoh 5: 1-9
Seberapa banyak diantara saudara yang mengalami kelemahan, putus asa, beban berat, dan letih jiwa? Adakah dari antara saudara yang hadir disini ingin menikmati kehadiran-Nya? Maukah saudara membuka hati saudara saat firman Tuhan diberitakan? Sesungguhnya Tuhan sedang menunggu saudara dalam kasih-Nya dan Ia ingin memulihkan keadaan saudara dalam kehadiran-Nya. Amin?  Karena Tuhan kita adalah Allah yang pengasih, dan Ia ingin memulihkan keadaan kita sehingga kita berkenan kepada-Nya! Allah kita besar Amin?
Kita yang hidup di dunia pasti pernah mengalami masalah, menghadapi tantangan, dan ada kalanya kita menemui jalan buntu. Setuju? Tetapi Tuhan mau kita membuka hati dan pikiran kita untuk mendengar sabda Tuhan dalam Injil Yohanes 5:1-9.
Yoh 5:  1 Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. 2  Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya 3 dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. 4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. 5 Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. 6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" 7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." 8 Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." 9 Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.
Haleluya! Setelah mendengar firman ini saudara mau dipulihkan? Tuhan mau memberikan kelegaan kepada saudara, Amin? Oleh karena itu mari buka hatimu…
Dalam cerita yang kita baca itu diceritakan tentang Tuhan kita yang dahsyat. Tuhan Yesus ketika itu sedang berangkat ke Yerusalem (ayat 1) dan disana dituliskan; Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi.” Berarti Yesus sedang pergi ke tempat dimana yang ada perayaan. Jika ada perayaan pasti ada sukacita, setuju? Bagi kita yang hidup di Indonesia perayaan seperti itu sudah lumrah kita temui. Misalnya; saat Natal, Shin-Cia, Idul Fitri, Hari Kurban, dll. Dalam perayaan ada suatu sukacita. Atau ada diantara saudara yang ketika hari raya tiba malah menangis tersedu-sedu dengan sedihnya dan berkabung? Mungkin ada tetapi itu tidak biasa. Nah, Yesus hadir di Yerusalem, Ia berangkat dari Galilea (ayat 54) untuk pergi ke Yerusalem; tempat yang penuh dengan orang yang bersukacita karena hari itu hari raya. Jarak terdekat antara Galilea dan Yerusalem adalah 278 Km. Coba bayangkan saudara berjalan sedemikian jauh… pasti kaki saudara sudah bengkak semua bagaikan terkena penyakit kaki gajah. Adakah dari saudara yang ingin kakinya terkena penyakit kaki gajah? Jika ada yang mau, pasti dengan senang hati saya doakan….
Kita kembali pada teks; tetapi Tuhan kita mau berjalan sedemikian jauh demi berangkat ke Yerusalem. Namun apakah Yesus pergi ke Yerusalem demi ikut bersenang-senang? Tidak! Yesus datang ke tempat orang yang bersukacita, namun Ia memperhatikan orang-orang yang sengsara.
­Mari kita lihat ayat 2-5. Di sana terdapat keanehan; kalau tadi diceritakan tentang hari raya kenapa diceritakan tempat orang sakit? Bukankah kalau ada perayaan itu harusnya diceritakan bagaimana meriahnya, sukacitanya, semaraknya, dan megahnya? Tetapi dalam konteks Injil Yohanes ini, sesungguhnya bermaksud untuk mencelikkan mata kita bahwa di dunia terdapat orang yang senang dan susah. Kalau kita melihat film atau sinetron produk Indonesia, maka disana sering terlihat bagaimana kehidupan yang mewah, dan orang-orang kaya ditampilkan. Jarang ditampilkan bagaimana kehidupan kemiskinan, orang-orang yang putus-asa, dan orang-orang yang tidak punya apa-apa.
Ketika Tuhan Yesus tiba di Yerusalem, Ia pergi ke sebuah kolam bernama ‘Betesda,’ tempat orang-orang sengsara itu (ayat 6). Ini pelajaran untuk kita; Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk bersenang-senang dalam kemewahan, tetapi memperhatikan orang-orang yang lemah. Dikala Yerusalem sedang ramai dan bersukacita karena sedang ada hari raya, Yesus pergi ke Betesda, tempat orang-orang sakit berkumpul. Betesda (Bhqzaqa.) berarti  “Rumah Kemurahan,” tetapi didalamnya berisi orang-orang sakit yang tersingkir dari rasa sukacita. Disana terdapat cerita bahwa jika air di dalam kolam itu berguncang, itu pertanda bahwa malaikat Tuhan turun, dan yang pertama memasuki kolam itu akan sembuh dari penyakitnya. Karena itulah banyak orang sakit yang menunggu terguncangnya air kolam itu (ayat 3-4). Ke tempat seperti itulah Yesus pergi. Pernahkah saudara membayangkan TUHAN, Allah semesta alam mengunjungi ciptaan-Nya yang paling lemah? Ya benar, TUHAN, Allah semesta alam memperhatikan orang-orang yang terpinggir, TUHAN yang mengendalikan hidup memperhatikan orang yang sedang sakit, putus-asa, dan berbeban berat. Itulah Tuhan kita, Dia begitu mengasihi kita. percayalah, TUHAN kita memperhatikan kita yang lemah! Amin! Oleh karena itu jangan takut ketika kita sedang sendiri, mengalami jalan buntu, dan sengsara, TUHAN beserta kita, Ia memperhatikan kita. Haleluya!
Ayat yang ke-5 dan 6 dikatakan bahwa; Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. 6  Ketika Yesus melihat orang itu berbaring…” Yesus berhenti didekat seorang yang berbaring di tepian kolam, namun harapannya sudah redup. Tiga puluh delapan tahun orang sakit itu berada dalam keadaan lemah. Dapat kita perkirakan bahwa orang itu lemah dalam syaraf motorik; lumpuh. Baginya kolam yang bernama “Rumah Kemurahan” itu tidak lagi dapat diharapkan. Ketika ia mau turun ke kolam saat airnya berguncang, orang lain sudah mendahuluinya. Selama tiga puluh delapan tahun ia menderita sakit. Harapannya mulai redup dan menghilang. Semakin lama semangat hidupnya pun turut terkikis. Apakah artinya hidup jika tidak ada harapan dan semangat? Tetapi Yesus memberikan kehadiran-Nya kepada orang-orang seperti ini. Tuhan Yesus hadir bagi saudara yang mengalami kekalutan hidup. Dia mengasihi saudara dan saya. Yesus hadir bagi kita. Percayalah!
Lalu Yesus berkata kepada orang yang lumpuh itu; "Maukah engkau sembuh?" (ayat 6b). Aneh sekali jika Yesus berkata kepada seorang yang sudah lama sakit seperti itu tentang kemauannya untuk sembuh. Banyak diantara kita pasti akan mengira; ya pasti mau! Ketika Yesus berkata demikian, pasti orang sakit itu teringat kembali akan harapan awalnya jika ia sembuh. Tetapi jawab orang itu pada ayat yang ke-7: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Harapannya pudar sudah. Sungguh menyedihkan. Ternyata ayat ke-7 menunjukkan pula bahwa ia seorang diri tanpa sahabat yang dapat membantunya. Sudah lama ia sakit, ketika harapan akan kesembuhan itu muncul kembali dilihatnya tiada orang yang dapat membantunya sampai ke kolam.  Lagipula di Betesda tidak ada sistem antre. Jika kolam berguncang, orang saling mendahului masuk ke kolam. Setiap orang memikirkan kesembuhannya sendiri. Betapa malang orang yang lumpuh seperti orang dihadapan Yesus. Dimana sahabatnya yang akan membantunya? Dimana orang yang mengasihinya? Tidak ada, mereka telah meninggalkannya… Adakah diantara saudara yang seperti orang lumpuh itu? Sudah menderita, masih ditinggalkan oleh sahabat dan teman?... tetapi bagi orang yang seperti itu Yesus hadir dan bertanya; "Maukah engkau sembuh?" Dengan pertanyaan ini, Yesus sesungguhnya mengingatkan orang itu kepada harapannya yang mula-mula untuk menerima kesembuhan. Saudara, Yesus bertanya kepada kita; dimana harapanmu? Maukah engkau disejahterakan? Dimana semangatmu yang mula-mula?
Ketika Yesus bertanya seperti itu, orang sakit itu sesungguhnya masih menaruh secercah harapan untuk sembuh. Benar semangatnya sudah redup, tetapi dengan pertanyaan Yesus itu, hatinya mulai disentuh dan pikirannya diputar sekali lagi untuk berharap. Pertanyaan itu sesungguhnya merupakan pertanyaan yang tajam dan mengena di hati. Bagi Yesus secercah harapan saja sudah cukup, dan setelah itu adalah bagian Tuhan; "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah" (ayat 8). Lalu keajaiban terjadi, kesembuhan diterima oleh orang itu. mula-mula ia mencoba berdiri, urat kakinya mulai kuat, dan ia dapat berjalan! Ia sembuh! Puji Tuhan! Lalu diangkatlah tilamnya dan pergi dari situ ke kota Yerusalem. Kini dengan kesembuhan yang diterimanya, ia dapat melihat sukacita dalam perayaan hari besar itu, tetapi yang paling penting bukanlah sukacita penduduk kota dan kemeriahannya, melainkan karunia kesembuhan yang dialaminya setelah tiga puluh delapan tahun hidup dalam semangat yang redup dan keadaan yang ditinggal oleh sahabat-sahabatnya. Inilah bukti bahwa kehadiran Yesus membawa pemulihan!
Itulah maksud Yesus. Semangat untuk hidup dan harapan hati sangatlah penting. Jika saudara mempunyai beban hidup yang membuat saudara putus-asa dan saudara merasa sendiri di dunia ini, ingatlah; Yesus mempertanyakan semangat kita, pengharapan kita, iman kita yang mula-mula! Dan ketika secercah harapan kita, kita nyatakan kepada Tuhan, Dia akan memulihkan keadaan kita! Dia akan memberi sentausa pada jiwa kita. Dialah Tuhan, Allah kita.
Kita yang hidup di dunia memang tidak luput dari segala permasalahan hidup yang dapat membuat kita terdesak. Tetapi ingat; Tuhan memperhatikan hati orang-orang yang sengsara! Tuhan juga hadir bagi saudara yang mengalami kekalutan hidup! Dan Dia akan memulihkan kita. Kehadiran Yesus membawa pemulihan bagi yang lemah!
Hari ini bukalah hatimu bagi Yesus, pahamilah dan rasakanlah kehadirannya yang mengasihimu. Dia akan memulihkan hatimu. Amin

Minggu, 18 September 2011

Belajar Mencukupkan diri dalam setiap keadaan

BELAJAR MENCUKUPKAN DIRI DALAM SETIAP KEADAAN
Filipi 4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
dalam perikop ini menceritakan atau kesaksian rasul Paulus ketika ia masih dalam penjara oleh karena injil. Disni Paulus mengutarakan bahwa intinya adalah supaya kita belajar dari dia yang selalu mencukupkan diri dalam setiap keadaan dan selalu mengucap syukur dalam diri kita baik dalam kelimpahan mau pun dalam kekurangan. rasul Paulus meninggalkan dan menganggap smuanya (harta kekayaan) sebagai sampah ketika ia mengenal Tuhan Yesus sebagai Tuhan Juruslamat dalam dirinya oleh karena ia tahu bahwa semua harta duniawi itu adalah sesuatu yang fana, sesuatu yang sementara artinya sia-sia belaka. Oleh sebab itu, ketika ia mengenal sudah percaya kepada Tuhan Yesus, ia menyerahkan hidupnya sepenuhnya hanya untuk kemuliaan bagi nama Tuhan.
            Rasul Paulus tidak lagi di ikat oleh hal-hal duniawi ketika ia mengenal Tuhan, tidak lagi menghambakan hidupnya pada perkara-perkara dunia. Kalau kita melihat dimana ketika ia  belum percaya kepada Tuhan, ia anti dengan kekristenan dan ia memiliki pengaruh yang sangat luar biasa, bahkan terpandang dan sangat di hargai. Ia di sanjung-sanjung oleh karena kehebatannya yang luar biasanya dalam memusnahkan orang-orang kristen pada waktu itu, tapi ketika ia sadar bahwa apa yang ia lakukan itu tidak benar, ia berbalik kepada Tuhan, melayani dan memiliki komitmen yang luar biasa lih Filipi 1:21.
            Rasul Paulus melayani Tuhan dengan semangat yang luar biasa dan itu bukan sekedar panas-panas tai ayam atau sekedar ingin menonjolkan diri dengan kata lain mau di puji-puji seperti ketika ia masih belum mengenal Tuhan tetapi ia benar-benar melakukan kebenaran firman Tuhan dan mencari jiwa untuk kemuliaan Tuhan semata-mata.
Apa yang membuat rasul Paulus tetap bertahan dalam setiap keadaan?
1.     Mengandalkan Tuhan dan memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan (contoh kita komunikasi dengan sesama melalui HP dll, kita butuh pengorbanan = uang, pulsa, bahkan waktu dan tenaga) – dengan Tuhan kita berarti harus melebihi dari semuanya itu.
2.     Fokus pada Komitmen
3.     Tidak lari dari panggilan, apapun tantangan yang di hadapinya (kematian sekalipun)
Jika kita mengandalkan Tuhan dalam hidup ini, apapun yang kitakita tidak akan mudah goyah, karena ada kekuatan ilahi dari Allah ada dalam hidup kita.


Bergantung Kepada Allah


Bergantung kepada Allah
Matius 6:25-33
1.     Manusia senantiasa khawatir
Fakta- fakta kehidupan di Indonesia, asia, Afrika dan diseluruh dunia:
-        Sifat masyarakat dan dunia kita tidak stabil.
-        Kekecewaan2 yang kita alami dari pihak yang sama sekali tidak diduga- dari teman2, relasi, dari pihak suami atau istri dan sebagainya.
-        Tingkat pengangguran yang terus meningkat ditengah masyarakat kita.
-        Meningkatnya biaya rumah tangga, dengan adanya penindasan oleh satu orang atas lain orang, perebutan kedudukan, nepotisme atau system family didalam jenjang lowongan pekerjaan; hal mana membuat orang miskin menjadi semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. Akan tetapi setiap orang, yang kaya maupun yang miskin setiap hari membeli kebutuhan2 mereka sehari2 dari pasar atau toko yang sama dengan harga yang sama pula.
2.     Mereka mencari Pertolongan di tempat yang salah
Keadaan inilah justru telah menimbulkan kekhawatiran sehingga membuat  orang mencari pertolongan “disesuatu tempat”—biasanya ditempat yang tidak tepat atau salah.
-        Ditempat perjudian—disebuah desa masyarakatnya menjudikan uang mereka dengan bermain lotere dalam bentuk judi lainnya, akibat mereka kehilangan hartanya: sogokan, kedua2nya member dan menerima pemalsuan pembukuan. Ketidak setiaan terhadap suami maupun istri serta pengabaian terhadap anak2 dadalm uapaya untuk  memperoleh sesuatunya dengan cara tidak halal untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangga.
-        Menggantungkan diri pada orang yang mempunyai kekuatan supernatural, hanya untuk memperoleh uang untuk kehidupan sehari2:
·       Pada kaum pelipatganda uang—disebuah desa masyarakatnya memberi semua uang mereka untuk dilipatgandakan, tetapi ternyata si tukang sulap melarikan diri dengan semua harta itu.
·       Pada tokoh2 rohani—yang secara tidak langsung menarik uang ari mereka melalui penjualan benda2 seperti lilin, sapu tangan dandisertai dengan permintaan sumbangan yang dapat mendatangkan berkah kelimpahan Allah.
·       Dukun2 yang mengaku dapat berhubungan dengan orang mati.
·       Penjaja jimat2 yang percaya pada tuyul, atau menjadikan anak mereka menjadi tumbal keuntungan. Alkitab banyak menyatakan tentang pencarian yang berlandaskan  rasa kekhawatiran dan bersandar  akan uang (I Tim 6:6-10; Ams 13:11; Ayub 31:24). Dan alkitab mengatakan tentang mereka yang mengabaikan Allah dan mempercayai atau mengandalkan makhluk halus, untuk mencukupkan kebutuhan mereka.
Yeremia 17:5-6.
·       Kualifikasi akademis: mereka menyangka kelak setelah mereka mencapai gelar akademisnya, maka mereka akan dapat hidup tanpa Allah.
3.     Mengapa kita Harus Percaya kepada Allah?
-        Karena siapa Dia.
Dialah sang Khalik, pencipta segala sesuatu (Kej 1, Ibr 11:3). Jika Ia dapat menciptakan apa yang dapat kita lihat dari yang tak Nampak, maka kita dapat percaya bahwa Dia mengetahui akan segala kebutuhan kita, dan Ia akan memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan  tepat pada saat kita akan memerlukannya, dan ditempat yang tepat pula.
-        Karena Kodrat-Nya.
Dia mengetahui segala sesuatu “Bapa yang disurga Mengetahui” (Mat 6:32b, Ibr 4:13—kemahatahuan-Nya). Dia selalu hadir dimana2, selalu siap sedia, dimana pun kita berada, untuk memenuhi kebutuhan2 kita (Kemahahadiran-Nya).
Dia dapat melakukan segala sesuatu (Maz 24:1,2). Sumber2-Nya tak terbatas dan tidak berkurang2 walaupun Dia sudah berikan begitu banyak (Kemahakuasaan-Nya).
Kesimpulan
Mengagantungkan diri kepada Allah sungguh bisa dipercaya (Yer 17:7,8). Jangan membayangkan bahwa semua orang yang diuraikan didalam Ibrani 11 adalah orang2 luar biasa. Tidak!
Mereka adalah manusia biasa saja. Tetapi saksikanlah apa yang mereka alami dengan bersandar kepada Allah—mempercayai Dia dan mematuhi-Nya. Saat ini Allah menghendaki agar anda mempercayai-Nya.
Berbahagialah orang yang belum melihat, tetapi percaya pada sabda-Nya.